Tarian Maggiri
Tarian Maggiri, merupakan tarian yang mempergunakan sebilah keris pusaka yang mengandung unsur mistis di dalamnya. Tari spiritual kaum bissu yang sudah berusia ratusan tahun. Dalam tarian tersebut, para bissu berpakaian adat lengkap dan berdandan sedemikian rupa, berjalan sambil menari di depan Gubernur Syahrul, kemudian mereka menusukkan keris ke arah tubuh mereka.
Bissu sendiri merupakan golongan dalam masyarakat Bugis kuno, yang memiliki dua elemen gender manusia yakni laki-laki dan perempuan. Artinya, bissu diperankan oleh laki-laki yang memiliki sifat perempuan. Mereka akan berpenampilan layaknya perempuan dengan pakaian dan tata rias feminim, namun tetap memakai atribut maskulin. Mereka biasanya berperan dalam ritual adat.
Mappalili
Mappalili berasal dari kata palili yang berarti berkeliling, sedangkan arti Mappalili sesungguhnya adalah pesta tanda dimulainya bertanam padi di sawah.Menurut etimology, Mappalili (Bugis)/ Appalili (Makassar) berasal dari kata palili yang memiliki makna untuk menjaga tanaman padi dari sesuatu yang akan mengganggu atau menghancurkannya. Mappalili atau Appalili adalah ritual turun-temurun yang dipegang oleh masyarakat Bugis. Kata Mappalili adalah tanda untuk mulai menanam padi. Upacara ini dipimpin oleh bissu yang juga berperan sebagai pemangku adat.
Tammu Tuang
Tammu Taung adalah prosesi ritual tahunan yang sangat popoler dan disakralkan sebagai kegiatan unggulan dan diandalkan merupakan kebanggaan tersendiri warga yang tinggal di pulau ini. Kegiatan Tammu Taung berlangsung 3 pekan. Jum’at pertama tiap bulan Muharram masyarakat pulau Pajenekang melakukan tradisi yang disebut Akkaluku lolo, Jum’at kedua melakukan Pecah surah (ajjepe), dan di Jum’at ke tiga, satu hari sebelum itu tepatnya hari kamis pagi jam 10 00 Wita lembaga adat pulau Pajenekang menaikkan bendera merah putih secara adat di depan gallarrang.
Kemudian setelah shalat Isya lembaga adat bersama para tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh agama melakukan zikir bersama serta lantunan lagu-lagu thasyauf diiringi rebana. Kedian esok harinya yakni Jum’at masuk Acara puncak, diawali pagi jam 10 00 wita lembaga adat kumpul bersama di Balla lompoa dengan melakukan satu rangkaian tradisi aru pendek di depan gallarrang lalu gallarrang bersama rombongan mengelilingi pulau Pajenekang sebelum masuk Ziarah kubur di makam gallarrang lebih dahulu disambut dengan A’ngaru oleh jubir adat.